MEMELIHARA DAN MENYEMPURNAKAN KETAQWAAN


 

Oleh : Ibu Susilorini, S.Pd (Guru Bhs. Indonesia & BP SMP Alam Mutiara Umat)

 

Ramadan sudah pergi, saat ini kita sudah memasuki bulan Syawal, bahkan hampir di penghujung Syawal. Semangat Ramadhan tidak boleh berhenti dan pergi, kita harus memelihara dan menyempurnakannya. Semangat ketakwaan saat Ramadan tidak boleh pudar. Sebabnya, hikmah ibadah puasa selama sebulan penuh justru untuk menguatkan dan menaikkan derajat kita ke level takwa (QS Al-Baqarah [2]: 183).

Taqwa menurut Umar bin Abdul Aziz yang dikutip oleh Imam As Suyuti dalam Ad-Durr Al Mantsur berkata Taqwa kepada Allah bukanlah puasa pada siang hari, sholat pada malam hari dan memadukan keduanya. Namun Taqwa adalah meninggalkan apa saja yang telah diharamkan dan menunaikan apa saja yang telah Allah wajibkan. Taqwa oleh sebagian sahabat didefinisikan takut kepada Allah yang Maha Kuasa, mengamalkan Al Qur'an, merasa puas dengan yang sedikit dan mempersiapkan bekal untuk menghadapi hari penggiringan (hari Akhir).

Taqwa adalah status tertinggi seorang hamba di hadapan-Nya. Semoga kita semua bisa meraih derajat tertinggi ini yaitu sebagaimana Firman Allah dalam QS Al Hujurat ayat 13.

Menurut Imam Ath Thabari: Sungguh yang paling mulia wahai manusia di sisi Tuhan kalian adalah yang paling taqwa yakni menunaikan kewajiban-kewajiban dan menjauhi kemaksiatan, bukan yang paling mewah rumah nya dan paling banyak keturunan nya (Tafsir Ath- Thabari 7/86).

Orang-orang yang bertaqwa akan ditempatkan dalam surga-Nya (QS Ali Imran 133). Sebagaimana di dalam Surah Al A’raf ayat 96 : “Dan ada keberkahan jika penduduk suatu negeri itu beriman dan bertaqwa”. Selain itu Allah akan menjadi penolong bagi orang-orang yang bertaqwa (QS Al Jatsiyah 19).

Agar kita benar-benar menjadi orang yang bertaqwa, maka kita harus masuk Islam secara menyeluruh dan tidak boleh mengikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata sebagaimana terkandung di dalam Al – Qur’an surah Al Baqarah 208.

Memelihara Ketaqwaan

Tentunya sebagai seorang muslim kita ingin meraih derajat taqwa secara hakiki, bagaimana agar kita bisa memelihara ketaqwaan?

  1. Menjadikan Aqidah Islam bukan hanya sekedar aqidah ruhiyyah (mengurusi ibadah pokok saja), tetapi juga aqidah siyasiyah (mengurusi keduniaan: ekonomi, pendidikan, tata pergaulan dll)
  2. Senantiasa menjadikan Islam sebagai standar untuk menilai perbuatan terpuji dan tercela serta baik buruk
  3. Bersabar dalam menjalankan ketaatan pada Allah SWT
  4. Berdakwah mengajak umat untuk sama-sama meniti jalan ketaqwaan dan menghilangkan kemungkaran
  5. Segera memohon ampun kepada Allah SWT
  6. Menumbuhkan kerinduan pada Ridha Allah dan Surga Nya
  7. Harus istiqamah berada di jalan Allah.

 

Menyempurnakan Ketaqwaan Haruslah Istiqamah

Agar ketaqwaan kita sempurna haruslah Istiqomah dalam ketaatan, banyak keutamaan dalam Istiqomah di jalan Allah.

Ibnu Taimiyah mengingatkan, “Siapa saja yang bertekad meninggalkan maksiat pada bulan Ramadan saja, tanpa memiliki tekad yang sama pada bulan lainnya, ia bukan seorang yang benar-benar bertobat.” (Al-Majmu’ al-Fatawa, 10/743).

Amal yang paling dicintai oleh Allah Swt adalah keteguhan atau keistiqamahan. Suatu ketika Nabi saw dimintai nasihat oleh seorang sahabat. Beliau lalu bersabda,

قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ، ثُمَّ اسْتَقِمْ

Katakanlah, “Aku beriman kepada Allah.” Kemudian istiqamahlah! (HR Muslim)

 

Allah Swt. menyebutkan besarnya keutamaan orang yang Istiqomah dalam ketaatan,

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Beristiqamahlah kamu (di jalan yang benar), sebagaimana kamu diperintah, juga orang yang telah bertobat bersama kamu. Janganlah kalian melampaui batas! Sungguh Dia Maha Melihat apa saja yang kalian kerjakan.” (QS Hud [11]: 112)

 

Selanjutnya Allah Swt. menjanjikan derajat yang agung bagi siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang bisa Istiqomah,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

Sungguh orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” lalu mereka Istiqomah, kepada mereka malaikat akan turun dengan mengatakan, “Janganlah kalian takut dan jangan pula merasa sedih. Bergembiralah dengan surga yang telah Allah janjikan kepada kalian.” (QS al-Fushshilat [41]: 30)


Merawat Keistiqamahan

Agar menjadi hamba yang senantiasa Istiqomah dalam ketaatan, kaum muslim perlu menghayati sejumlah hal.

Pertama: Mengingat kematian dan tempat kembali kepada Allah Swt.

Kedua: Menjadikan Allah Swt. dan Rasul-Nya sebagai satu-satunya yang ditaati secara mutlak.

Ketiga: Mentaati setiap perintah Allah Swt. tanpa memisahkan satu hukum dengan hukum yang lain.

Keempat: Bersabar dalam ketaatan.

Kelima: Tetap beramal sekalipun hanya sedikit.

 

Demikianlah, kita harus memelihara ketaqwaan dan menyempurnakan ketaqwaan kita. Taqwa adalah hikmah yang harus diraih pasca Ramadan. Ada sebelas bulan lagi yang harus dijalani hingga bertemu dengan Ramadan tahun depan. Janganlah kita menjadi “hamba Ramadan”, tetapi jadilah hamba Allah Swt yang senantiasa menaati-Nya sepanjang hayat.

Allah Swt. berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ

“Di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi. Jika dia memperoleh kebajikan, tetaplah dia dalam keadaan itu. Jika dia ditimpa suatu bencana, berbaliklah dia ke belakang. Rugilah dia di dunia dan di akhirat. Yang demikian adalah kerugian yang nyata.” (QS al-Hajj [22]: 11)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar