Salah satu penyakit hati hati yang patut diperhatikan oleh orang tua dan para guru adalah hasad. Dimana penyakit hati ini bukan saja menghinggapi orang dewasa saja, namun juga dapat berjangkit pada anak-anak dan remaja. Tidak bisa dipungkiri secara fitrahnya, manusia diberikan Allah Swt berupa rasa cemburu dan persaingan. Karena manusia memang Allah bekali dengan naluri mempertahan diri (gharizah al-baqa), begitu pula dengan anak-anak.
Para ulama menjelaskan pengertian hasad yaitu suatu keinginan hati seseorang agar nikmat yang Allah berikan pada saudaranya itu hilang. Sebagian ulama lain menjelaskan hasad sebagai ketidaksukaan seseorang atas kenikmatan yang Allah berikan pada orang lain. Kenikmatan itu bisa beragam bisa berupa harta, prestasi, rupa dan penampilan, banyak kawan, ketenaran dsb.
Ayah bunda Hati – hati Hasad pada Anak!
Munculnya penyakit hati ini biasanya diawali dengan rasa cemburu pada saudara atau kawannya. Bisa disebabkan karena persoalan hal yang ringan seperti jajajan, mainan, jumlah kawan, perlakuan, dsb. Coba sesekali amati perkataan anak;
“Abang enak ya, minta sepatu futsal dibelikan, kalau aku belum punya sepatu untuk main bola.”
Atau, “Kalau Dia mah banyak kawannya karena ia orang kaya, aku cuma punya teman sedikit,” dll.
Ayah bunda, munculnya rasa cemburu seperti hal di atas bisa berubah menjadi hasad atau dengki pada anak bila orang tua tidak segera menetralisir dan memberikan motivasi kebaikan pada anak. Hasad pada anak bisa naik stadium bila orang tua justru membela rasa “cemburu” yang dialami anak, dan berlaku tidak adil antar anak.
Tidak semua, namun banyak orang tua yang masih belum memahami perkembangan mental anak, abai menanamkan adab dalam pertemanan, atau keliru dalam memberikan penanganan ternyata dapat memicu sikap hasad itu tumbuh membesar dan terbawa hingga anak dewasa. Ada sebagian orang tua beranggapan bahwa hal itu wajar terjadi pada anak kemudian membiarkannya terus terjadi. Tanpa disadari orang tua sebenarnya tengah menanamkan penyakit hati yang stadiumnya bisa terus meningkat. Astaghfirullah...
Mengapa hasad pada anak harus segera diredam?
Pertama, bahwasanya hasad adalah penyakit hati dan akan berimplikasi dosa pada setiap muslim. Sebagaimana hadis yang diriwatkan oleh Abu Daud,
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
Hati-hatilah kalian terhadap hasad karena ia memakan kebaikan laksana api memakan kayu (HR Abu Daud)
Pada hadist tersebut mengibaratkan bawah hasad dapay menghilangkan kebaikan. Dalam kitab Aunul Ma’bud dipaparkan sebabnya karena hasad itu menjadikan seseorang membenci nikmat Allah yang dilimpahkan pada saudara atau kawannya.
Kedua, hasad dapat mendorong anak untuk dapat melakukan tindakan tidak terpuji lainnya. Dalam kitab Faidul Qadir dijelaskan penyebab hasad dapat merusak kebaikan, karena darinya dapat membuat pelaku dari sifat tercela itu akan menggibah orang yang dibencinya, mencacinya, dan terkadang mendorongnya untuk merusak harta atau menganiayanya atau berbagai kezaliman lainnya.
Apa Hasad, Hasud, dan Bully?
Di dalam kitab Faidul Qadir dijelaskan, hasad dapat membuat seseorang melakukan berbagai perbuatan anti sosial. Adanya kasus bully yang kerap terjadi pada anak - anak di antara pemicunya adalah penyakit hasad. Penyebanya beragam misalnya, kecemburuan sebagian siswa pada temannya yang punya banyak teman atau berprestasi hingga merasa lebih disayang guru. Hal ini yang harus diwaspadai oleh orang tua dan bapak ibu guru karena jika dibiarkan hal ini bisa berkembang menjadi hasad yang mengarah bullying. Jika sudah demikian muncul kemungkinan korban dikucilkan dengan cara menghasut teman - teman yang lain dengan menyebarkan aibnya atau mencelanya, sekalipun ditambah kedustaan. Astaghfirullah...
Dalam beberapa kasus yang lain, karena cara penghasutan di antara anak-anak tersebut terlalu halus, orang tua dan guru juga bisa teperdaya hingga merasa bahwa korban bully itu adalah memang anak yang bermasalah. Misalnya saja, anak-anak atau siswa kompak untuk mengatakan kalau si fulan itu sombong, pilih-pilih teman, tidak mau berbagi ilmu, dsb. Tekanan pada korban bully ini bisa menjadi bertambah bila orang tua atau pihak guru tidak melakukan klarifikasi dan tidak segera menetralisir keadaan yang sedang terjadi.
Ayah bunda, ternyata dalam sejarah, kondisi demikian juga pernah terjadi dalam sejarah Islam. Bagaimana halusnya hasutan dan fitnah yang ditimpakan gembong munafik Abdullah bin Ubay bin Salul, terhadap Ummul Mukminin Aisyah ra. Sangking halusnya, sampai-sampai sebagian sahabat percaya dengan hasutan Abdullah bin Ubay bin Salul, sebagian lagi kebingungan, bahkan Nabi saw. pun tidak berdaya bila tidak ditolong dengan wahyu Allah Swt. yang menjelaskan fakta yang sebenarnya.
Begitu luar biasa akibat dari hasad dan hasud ini. Sampai-sampai orang yang menjadi korban diposisikan menjadi pelaku keburukan. Bahkan, sampai Ummul Mukminin pun menjadi korban hasad dan hasutan orang-orang jahat.
Harus Adanya Penanganan Segera!
Penyakit hati tersebut bukan masalah yang ringan dan bisa diabaikan begitu saja, baik oleh orang tua maupun para guru dan pembina di sekolah atau di pesantren sekalipun di lingkungan masyarakat. Hasad begitu halus dan bisa berkembang menjadi penghasutan yang merugikan bahkan menzalimi orang lain. Ayah bunda, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan orang tua dan guru agar hal ini tidak berkembang, di antaranya:
Pertama, mengajarkan rasa syukur pada anak. Kita tahu bahwa hasad muncul karena cemburu, maka tanamkan pada anak untuk rasa syukur atas nikmat Allah yang diberikan pada diri mereka, dan tidak perlu membandingkan dengan orang lain.
Kedua, mengajarkan anak untuk menjaga pertemanan yang Islami, tidak saling membenci satu sama lain, tidak saling iri, tidak saling menuduh, tetapi saling tolong menolong. Pahamkan bahwa setan akan terus berusaha untuk memecah belah orang-orang beriman dan dibuat saling bermusuhan, maka jangan bantu setan dengan memusuhi saudara atau teman.
Ketiga, mengajarkan anak untuk berlomba dalam kebaikan. Bila ada temannya yang ia cemburui misalkan karena kebaikan dan prestasi, maka dorong anak agar mencontoh kebaikannya dan berlomba mencetak prestasi bukan untuk menandinginya.
Keempat, biasakan melakukan tabayun bila anak atau siswa melaporkan perilaku buruk temannya. Ada beberapa anak yang memang berani melakukan kebohongan atau membesar-besarkan masalah pertemanan hingga akhirnya merugikan teman lainnya.
Semoga Allah Swt. melindungi anak-anak kita dan para penerus generasi agar dijauhkan dari penyakit hasad hingga berbuat zalim pada orang lain dengan hasutan-hasutan yang berisi kebencian. Aamiin...
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
“Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hasyr: 10).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar