DIANGGAP BIASA, PADAHAL INI TOXIC PARENTING



Oleh : Ustadz Iwan Januar (Islamic Super Parent Inspirator)

Sebutan toxic parenting adalah gambaran orang tua yang memberikan pengaruh negatif pada anak. Alih-alih memotivasi dan menginspirasi anak, orang tua dengan pengasuhan toxic (beracun) ini malah “meracuni” kepribadian anak. Lantas, apa saja hal-hal yang dianggap biasa, tetapi ternyata merupakan toxic parenting?

- Ustadz Iwan Januar -

Apa itu toxic parenting? Sebutan toxic parenting adalah gambaran orang tua yang memberikan pengaruh negatif pada anak. Alih-alih memotivasi dan menginspirasi anak, orang tua dengan pengasuhan toxic (beracun) ini malah “meracuni” kepribadian anak.

Ayah dan bunda yang disayangi Allah, kelihatannya semua orang tua sepakat kalau pengaruh pendidikan dan pengasuhan orang tua pada anak berpengaruh besar pada kepribadian mereka. Namun, pada praktiknya banyak orang tua yang disadari atau tidak malah memberikan pengaruh negatif pada buah hati. Inilah toxic parenting.

Orang tua tidak menyadari efek negatif toxic parenting karena baru akan terlihat saat anak-anak tumbuh dewasa. Mudah marah, hasad, manja, mau menang sendiri, minim rasa tanggung jawab, mudah putus asa, atau lemah harapan adalah sebagian karakter negatif anak yang tumbuh dari toxic parenting. Di sebagian anak malah tumbuh kebencian dan permusuhan pada orang tua karena nurani mereka terluka.

Itulah sebabnya, toxic parenting adalah hal yang harus diwaspadai oleh orang tua. Jangan sampai menjadi pola pendidikan yang berkelanjutan pada anak. 

Berikut sejumlah tanda toxic parenting yang mesti disadari orang tua.

Pertama, mementingkan ego orang tua. Dengan alasan orang tua tahu yang terbaik atau demi masa depan anak, tidak jarang orang tua memaksakan kehendaknya pada anak. Anak dipaksa untuk mengikuti berbagai les, dipaksa memilih sekolah atau jurusan pilihan orang tua, bahkan sampai jodoh pun anak dipaksa mengikuti keinginan orang tua.

Padahal, orang tua lupa bahwa memang ada hal yang anak memang harus dibimbing orang tuanya, tetapi ada juga hal-hal yang anak patut kita beri kesempatan memilih sesuai keinginan dia. Anak yang dipaksa terus mengikuti keinginan orang tua akan tertekan, dan suatu waktu akan memberontak bahkan membenci orang tuanya. Pun, akan menjadi anak yang tidak mandiri karena terus dicekoki oleh kedua orang tuanya.

Kedua, melecehkan kemampuan dan fisik anak. “Kamu gak becus!”, “Dasar anak tidak berguna!”, “Anak bodoh!”, ada lho orang tua yang tega melecehkan anak sendiri. Entah karena saking marah, atau memang sudah jadi kebiasaan. Padahal, menghina adalah perbuatan dosa, dan hinaan pada anak akan menjatuhkan mental anak. Ini bentuk toxic parenting yang parah keburukannya.

Mestinya orang tua sadar ketika anak tidak mampu mengerjakan sesuatu, misalnya soal Matematika, itu tanda si anak butuh bantuan lebih serius lagi. Orang tua harusnya instrospeksi diri dan membantu anak sebaik-baiknya.

Ketiga, sering memarahi anak. Ada anggapan anak kalau dimarahi akan jadi lebih baik, lebih disiplin, rajin, dsb. Kenyataannya anak yang sering dimarahi malah akan stres dan berpengaruh pada kecerdasan dan fisiknya. Anak yang tertekan kelak akan melawan dan berontak dari pengaruh orang tua. Bila menurut, itu hanya di hadapan orang tua, tetapi berbeda sikap di belakangnya.

Keempat, terlalu mengatur. Alasan orang tua terlalu mengatur adalah karena anak belum bisa, belum mampu, akhirnya anak benar-benar tidak mampu melakukan banyak hal akibat terlalu diatur oleh orang tuanya. Saatnya ayah dan bunda memberikan kesempatan pada anak untuk mandiri. Andaikan yang dikerjakannya belum pas atau masih keliru maka bantu dengan memberitahu apa yang harus dilakukan, bukan kemudian merampas kemandiriannya.

Kelima, membiarkan berbuat kesalahan. Sebagian orang tua membiarkan anak-anak melakukan hal negatif, semisal mengganggu teman, berkata kasar, tidak sopan pada orang tua, dengan alasan karena mereka masih anak-anak, harus dimaklum. Ada juga yang membiarkan hal itu dengan alasan memberi kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi kemampuannya. Ini juga merupakan toxic parenting karena akan membuat anak merasa benar dan dimenangkan oleh orang tuanya.

Baca artikel lainnya : Hati - hati Hasad dan Hasud pada Anak

Ayah dan bunda, mulailah evaluasi sikap dan pola didik kita pada anak. Sesekali bertanya pada anak apakah ayah dan bunda disayangi atau ditakuti oleh mereka. Minta tanggapan dan jadikan sebagai bahan evaluasi bagi Anda berdua. Berhati-hatilah dengan alasan ‘memberikan yang terbaik pada anak’, padahal sebenarnya itu adalah cara mendidik yang beracun karena bisa merusak karakter anak.

Mulailah mengevaluasi diri dan berubah ke arah yang lebih baik. Jangan lupa, jadikan Islam sebagai panduan dalam mendidik anak, serta banyak berdoa agar selalu diberi petunjuk oleh Allah Swt. Wallahualam.

 Sumber : Blog ustadz Iwan Januar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar