Penulis: Ustadz Iwan Januar
Children of Heaven merupakan salah satu film yang menarik untuk disaksikan. Film ini menceritakan persaudaraan Ali dan adik perempuannya, Zahra. Dengan tema sederhana, soal keinginan punya sepatu sekolah, film ini dengan apik menyentuh perasaan. Menggambarkan bahwa kakak dan adik harus saling membantu dan berkorban. Ali dan adiknya harus bergantian memakai sepatu untuk berangkat ke sekolah, sampai kemudian sepatu itu hanyut. Ali pun berjanji pada adiknya akan mengganti sepatu itu dengan cara memenangkan hadiah sepatu pada perlombaan balap lari. Film ini mengajarkan, demikianlah kakak dan adik semestinya hidup bersama.
Pembaca budiman, ketika Islam datang, semua ikatan ashabiyyah seperti kesukuan, kekelompokan, juga kebangsaan, dihapuskan. Namun, Islam tetap mempertahankan ikatan silaturahim. Hubungan dengan keluarga dan kerabat ini bukan saja dipertahankan, bahkan juga diperintahkan untuk dijaga. Sampai-sampai kedudukan seseorang di surga salah satunya ditentukan oleh seberapa kuat ia menjaga ikatan keluarga. Nabi saw. bersabda,
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
“Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan (silaturahmi).” (HR Muslim).
Salah satu ikatan silaturahim yang begitu penting dan begitu harus dijaga adalah ikatan kakak beradik. Hubungan antarsaudara kandung ini adalah ikatan yang bisa begitu panjang dan melibatkan berbagai hukum Islam. Di dalam ikatan persaudaraan ini terkandung hukum mahram, perwalian, waris, nafkah, dan lainnya. Andai hubungan di antara mereka tidak erat, bukan saja membuat jarak di antara mereka, tetapi juga bisa merusak tatanan hukum tersebut.
Namun, sadarkah orang tua, lekat atau rapuhnya hubungan kakak beradik amat ditentukan oleh pola asuh yang mereka terima?
Ketika orang tua keliru memberikan pengasuhan pada anak-anak, maka sebenarnya bibit-bibit keretakan hubungan antar saudara sudah ditanamkan. Kelak, ketika tumbuh dewasa, ikatan silaturahim di antara mereka akan amat rapuh. Mudah pecah, bahkan ada yang sampai melahirkan kesumat. Waliyyadzu billah.
Kerap terdengar cerita tentang hubungan keluarga yang ‘dingin’, jauh dari kata akrab sesama saudara. Satu dengan yang lain bahkan lebih mementingkan egonya. Lebih buruk lagi, ada juga keluarga yang sudah tidak peduli dengan nasib saudaranya, bahkan kerap ribut di antara mereka.
Ini bukan masalah jumlah anak yang kita punya. Belum tentu dua orang bersaudara pun dapat akur dan saling mendukung, dibandingkan yang memiliki banyak saudara kandung. Semua berpulang pada pola asuh yang diberikan orang tua.
Oleh karenanya, mulai perhatikanlah pola asuh kita pada anak-anak. Sudahkah kasih sayang yang kita berikan merekatkan hubungan di antara mereka atau justru sering menimbulkan pertengkaran kecil-kecilan? Ada beberapa langkah yang wajib dilakukan oleh orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak-anak.
Pertama, istimewakan setiap anak. Anak memang terlahir dari rahim seorang bunda, tetapi mereka punya karakter, minat, dan kemampuan yang berbeda. Mungkin si sulung berprestasi dalam akademik, tetapi yang nomor dua cekatan dalam urusan fisik, sedangkan nomor tiga lamban tapi lebih teliti dan lebih peduli. Oleh karenanya, istimewakan dan muliakan setiap anak-anak kita agar mereka tidak merasa ada yang dianakemaskan dan dianaktirikan.
Kedua, adil dalam pemberian. Perbedaan karakter, apalagi prestasi anak, kadangkala membuat orang tua lebih mengistimewakannya. Namun, Nabi saw. mewajibkan orang tua adil dalam pemberian. Jangan karena keunggulan seorang anak, maka saudara kandungnya diabaikan.
اعْدِلُوا بَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ فِى الْعَطِيَّةِ
“Adillah di antara anak-anak kalian dalam pemberian!” (HR Bukhari).
Mengapresiasi prestasi anak itu penting, tetapi janganlah pemberian hadiah atau pujian padanya membuat saudara-saudaranya merasa diremehkan. Bijaklah dalam menghargai prestasi anak agar tetap menjaga kebersamaan antaranak kita.
Ketiga, membiasakan saling menolong. Ajarkan pada setiap anak untuk terbiasa tolong menolong, menghilangkan sikap egois, dan menumbuhkan sikap saling berkorban. Pujilah mereka ketika memperlihatkan akhlak mulia ini dan tegur dengan bijak anak yang egois serta tidak perhatian pada kesusahan saudaranya. Ajarkan anak yang lebih besar untuk menyayangi adiknya, sebaliknya ajarkan sang adik untuk menghormati kakak-kakak mereka.
Keempat, kikis rasa hasad di antara mereka. Terkadang, anak merasa cemburu pada saudaranya, bisa karena prestasi, pemberian, atau fisik. Di sinilah ayah dan bunda harus bisa menjelaskan pada anak-anak bahwa setiap orang punya kelebihan sebagai karunia Allah. Setiap anak muslim harus belajar bersyukur dan tidak iri hati pada kelebihan saudaranya karena yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.
Kelima, membiasakan saling memaafkan. Sejak kecil, jadikanlah saling memaafkan sebagai salah satu habit positif. Ketika mereka bertengkar, segera damaikan dan dorong untuk saling meminta maaf dan saling memaafkan. Dengan begitu, kelak saat dewasa, berdamai dan saling memaafkan menjadi hal yang tidak sulit untuk dilakukan.
Keenam, berdoalah pada Allah agar hati mereka terpaut selamanya dalam keimanan. Ayah dan bunda jangan hanya berdoa untuk rezeki mereka, tapi mohon juga agar hati mereka senantiasa terikat dalam persaudaraan karena Allah. Di antaranya yang diajarkan Nabi saw.,
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلاَمِ وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَبَارِكْ لَنَا فِى أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعْمَتِكَ مُثْنِينَ بِهَا قَابِلِيهَا وَأَتِمَّهَا عَلَيْنَا
“Ya Allah, tautkanlah hati kami dan perbaikilah urusan di antara kami. Tunjukkan kami jalan-jalan keselamatan, dan selamatkan kami dari kegelapan menuju cahaya, dan jauhkanlah kami dari perkara yang keji, baik yang nyata maupun yang tersembunyi, dan berkahilah kami pada pendengaran kami, penglihatan kami, dan hati kami, pasangan-pasangan kami, dan keturunan kami, dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima tobat dan Maha Penyayang, dan jadikanlah kami golongan yang bersyukur terhadap nikmat-Mu, memujinya dan menerimanya, dan sempurnakanlah atas kami.” (HR Abu Daud).
Sumber: iwanjanuar.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar