Sehari Menelusuri Jejak Sejarah di Kota Patria


Oleh : Ibu Heni Satika, S.Pd.I

Salah satu program spesial yang diikuti kakak kelas 5 dan 6 adalah "Jelajah Kota". Kali ini kakak - kakak melaksanakan jelajah kota bersejarah, kota Blitar. Sebelum hari H, dimulai dengan anak-anak dibentuk kelompok. Mereka saling berbagi tugas, saling mengingatkan. Satu kelompok terdiri dari 11 anak dan semua mendapatkan amanah masing-masing. Menjelang 3 hari keberangkatan mereka sangat sibuk. Di waktu istirahat mereka saling berkunjung ke kelas adik-adik, atau sebaliknya untuk diskusi kegiatan kunjungan. Mulai dari perlengkapan apa yang akan dibawa, pembagian tugasnya bagaimana saja, besok waktu keberangkatan teknis bagaimana, dsb. Serunya.. Mereka sebenarnya perhatian satu sama lainnya. "Jangan lupa bawa minyak kayu putih, aku ada but-but besok tak bawakan.. Dsb"

Perjalanan jelajah ke kota Patria dimulai, tantangan pertama mereka mencari tempat duduk masing - masing. Ternyata di tiket dengan tulisan ekonomi 3/4b ada anggota yang masih bingung. Kakak kelas dengan sabar mencarikan tempatnya. Ternyata yang biasanya terlihat cuek, ketika diberi amanah mereka berusaha menjalankan. MasyaAllah... 

Setelah sampai di stasiun Blitar, tujuan pertama yang kami tuju yakni Masjid Akbar Kota Blitar. Sholat dhuha dilanjutkan briefing sebagai awal perjalanan dan semoga dimudahkan. Sambil menyantap bekal masing-masing bapak ibu guru menjelaskan struktur khas bangunan di pusat kota. Mereka juga berkeliling di area Aloon Aloon Blitar. 

Perjalanan dilanjutkan dengan memesan grab menuju ke Museum Bung Karno. Ketika di makam kelompok ikhwan diam sunyi senyap, khusyuk berdoa. Kalau di kelas kadang ramai, diminta duduk malah berdiri, diminta diam malah ngobrol saja. Ternyata ketika di tempat lain berubah menjadi dewasa. Bahkan kak Cakti karena datang akhir dia memimpin doa teman-temannya. "Mari kita do'akan Ir Soekarno diterima arwahnya di sisi Allah. Alfatihah".. Wah.. Calon kyai ini.. 🙂

Setelah berziarah ke makam, mereka keluar lewat pasar. Ini kejutan juga buat gurunya. Ternyata banyak ikhwan yang juga punya perhatian terhadap saudaranya. Kak Rafi belanja baju kecil... 

"Buat siapa fi.. Kok kecil? " Katanya " Buat adiku bu, biar seneng.. "😄.. Ada yang belikan adiknya mainan, ada yang belikan jajan ibunya. 

Pengalaman baru saat di bioskop mini. Diputarkan film dokumenter perjuangan Ir Soekarno. Sebenarnya film tidak lama, kurang lebih 10 atau 15 menit. Ketika sesi tanya jawab. Saya kira tidak ada yang tanya. Tapi ternyata 30 menit habis untuk tanya jawab. Kakak petugas dihujani lebih dari 20 pertanyaan. Mulai yang simpel kenapa bung Karno dimakamkan di Blitar? Apa pernah tinggal di Tulungagung? Sampai yang sulit kenapa istri pak karno ada 9. Dan mengapa mereka bercerai.. 😆. .. Berapa usia bung Karno kalau masih hidup. 😅. . Pertanyaan politis juga ada, apa yang membuat pak Karno banyak dipenjara? 




Setiap pergantian tempat, ketua kelompok selalu menghitung anggotanya. Kadang satu dicari satu hilang. Satu datang, satu pergi mencari.. Wah..disini kesabaran teruji. 


Setiap perjalanan tentu ada spesial momen yang mengesankan. Kali ini ada tragedi kehilangan handphone "Aduh.. Bu hapeku tidak ada.. Dimana ya? Diaduk-aduk isi tasnya. Teman sekelompok pun membantu karena anaknya hampir menangis, matanya sudah memerah dan terlihat panik. Ternyata handphone nya ditemukan di tas jinjing berisi snack. Alhamdulillah lega rasanya. Akhirnya semua tertawa. Rasa satu kehilangan yang lain ikut merasakan ternyata inilah rasa kebersamaan yang akan dikenang anak-anak. 


Ada masalah sedikit ketika kereta pulang. Karena penumpang penuh. Sebagian tempat duduk yang seharusnya milik anak-anak dipakai orang lain. Mereka antara malu dan takut untuk bilang bahwa itu tempat duduknya. Bergerombol lah mereka disalah satu sisi sambil bisik-bisik. Ketika saya tanya "Ada apa kok bergerombol mengganggu penumpang yang lewat? " 

Katanya "ini bu mereka gak mau pindah karena itu tempat duduknya", 

"Kamu sudah bilang belum, kalau di keterangan tiket  kursi itu milikmu?" 

Mereka diem saja. "O berarti belum", saya dorong anak-anak untuk mencoba kembali bernegosiasi bahwa itu kursinya. 

"Coba tanya lagi dengan baik-baik bahwa itu kursimu, berani tidak?" 


Dengan mengumpulkan keberanian mereka mencoba mendekati rombongan yang ternyata satu keluarga. Tapi ternyata penumpang tadi nada bicaranya agak tinggi, dan meminta bukti e-tiketnya. Akhirnya saya dekati sambil menunjukkan tiketnya, walhasil ternyata rombongan itu yang salah naik kereta. Alhamdulillah karena keberanian anak-anak ada yang terselamatkan dari salah jurusan. Barakallahu... 


Mengerjakan work sheet, mencari grab, mencari tempat duduk di kereta hanyalah sarana untuk memupuk rasa tanggung jawab, kepemimpinan dan keberanian. Semoga semuanya kelak menjadi para pemimpin yang sholeh/sholehah baik untuk dirinya, keluarganya atau tempat dimana dia berada, selalu ditunjukkan jalan kebaikan oleh Allah. Di condongkan hatinya pada kebenaran. Aamiin... 


Terimakasih juga kami sampaikan kepada ayah bunda atas kerjasamanya selama pelaksanaan jelajah kota ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar